Search

Akibat Tiada Keseimbangan antara Politik, Ekonomi, dan Agama


Kekerasan, kerusuhan "hanyalah" akibat lebih lanjut dan menyuluruh dari brutalisasi, yang diakibatkan oleh pembangunan (pertumbuhan) ekonomi yang demikian cepat. Egoisme dan individualism itulah jiwa dari pertumbuhan ekonomi itu. Egoisme dan individualism itu seharusnya bisa dikurangi dengan pembangunan politik demokrasi. Namun kita sedang dalam proses demokrasi itu.
Disinilah kita hrus terpaksa terjerumus dalam tahapan konflik dan rivalitas karena memang kita belum mempunyai budaya demokrasi, yang dapat menghargai sesame dan mampu menanggung konflik karena penghargaan itu.
Dalam pengalaman, penghargaan atas sesame dan kesediaan untuk menanggung konflik itu mengenai rasa, yang tidak dapat diusahakan oleh manusia sendiri. Sering rasa semacam itu dialami sebagai suatu anugerah. Disinlah sebenarnya agama dapat membantu manusia untuk terbuka pada anugerah itu. Ini berarti agama perlu menuntun manusia untuk mengalami perubahan dalam hatinya. Manusia sering mendengar dan mengerti dengan kepalanya bahwa penghargaan atas sesame itu perlu bagi kelangsungan hidup secara damai. Namun, pengertian itu hanyalah "konsumtif" dan "kuantitatif". Manusia masih perlu mengubah pengertian itu menjadi suatu tindakan efektif dan itu bisa terjadi bila ia mengalami perubahan dalam hatinya secara kualitatif.
Yang terakhir ini adalah bidang agama. Namun, untuk itu tidaklah cukup agama berkotbah secara moral. Agama harus ikut terjun dalam kehidupan konkret. Agama harus ikut terjun dalam kehidupan konkret. Agama yang lebur dalam praksis kehidupan bukanlah agama yang dogmatis-institusional, tetapi agama kehidupan yang sanggup terbuka untuk kemungkinan apapun, justru karena aneka kejadian dan nilai yang terjadi dalam kehidupan. Dimanapun, termasuk di tanah air kita, justru dalam hal terakhir inilah agama menjadi institusi yang paling ketinggalan. Disbanding dengan politik, apalagi dengan ekonomi, agama adalah bidang yang paling terbelakang dalam memberi pegangan praktis bagi manusia untuk dapat memasuki zaman yang penuh godaan brutalisasi kehidupan dan konflik ini. Agama senderung menarik dirinya dari tantangan ini, lalu menjadi fundamentalis dalam menilai kehidupan.
Memang ekonomi, politik, dan agama harus mempunyai peran dalam melestarikan masyarakat. Keutuhan masyarakat bisa terjaga jika peran ketiganya berjalan dengan seimbang. Hal itu disinggung dengan amat bagus oleh pengarang Adolf Muschg ketika ia menceritakan tentang kota-kota pada zaman Renaissance. Kota itu ditandai dengan tempat ibadat, balai sidang kota, dan pasar. Tempat ibadat berfungsi sebagai sarana untuk menyebarkan kebenara-kebenaran religious, balai sidang kota arena untuk menjalankan dan menjaga Res Publica, dan pasar adalah tempat warga mengadakan pertukaran dan transaksi barang-barang.
Ketiganya harus berada dalam keseimbangan. Artinya politik, agama dan ekonomi saling menyumbang dan pengaruh-mempengaruhi dalam menjaga kesosialan masyarakat. Jika terjadi ketidakseimbangan antara ketiganya maka akan terjadilah perhambaan dan perbudakan dalam masyarakat dalam bentuk apapun, atau masyarakat menjadi melulu menjadi masyarakat Negara, disinilah berada benih dari sosialisme murni atau komunisme, atau masyarakat menjadi melulu masayarakat agama, di sinilah bahaya fundamentalisme. Bak kapitalisme, komunnisme, maupuun fundamentalisme adalah bentuk-bentuk kehidupan yang memperbudak kebebasan manusia.
Kerusuhan yagn akhir-akhir ini terjadi jangan-jangan adalah akibat dari sikap dan tindakan kelompok masyarakat yang ingin menempuuh jalannya sendiri-sendiri tanpa mau menjaga keseimbangan diantara ketiganya. Ada yang tidak sabar, lalu berlindung di balik agama dan menjadi fundamentalis. Ada yang serakah, lalu meneruskan gaya hidupnya yang kapitalis. Ada yang merasa mewakili rakyat banyak yang tertindas, lalu mengatasnamakan Negara dalam mengatur masyarakat. Jika semuanya berjalan sendiri-sendiri, maka hanya konflik dan rivalitas yang terjadi. Mungkin disanalah berada tanah subur bagi kerusuhan yang baru-baru ini terus menerus kita alami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...