Search

Sintaksis


Sintaksis adalah cabang linguistic yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (speech). Unsure bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa, dan kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya rumah mewah. Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah subjek dan predikat, mempunyai intonasi final (kalimat lisan) dan secara actual ataupun potensial terdiri atas klausa.

  1. Aspek-aspek Sintaksis
    1. Kata: cirri dan klasifikasi
      Menurut pemakai bahasa, kata adalah satuan gramatikal yang diujarkan, bersifat berulang-ulang dan secara potensial ujaran itu dapat berdiri sendiri. Secara linguistic, kata dapat dibedakan atas satuan pembentuknya. Oleh karena itu, kata dapat dibedakan sebagai satuan fonologis, satuan gramatikal, dan satuan ortografis.
      1. Kata sebagai satuan fonologis
        Cirri fonologis kata bahasa Indonesia adalah:

        1. Mempunyai pola fonotaktik suku kata
        2. Bukan bahasa vokalik
        3. Tidak ada gugus konsonan pada posisi akhir
        4. Batas kata tidak ditentukan oleh fonem suprasegmental.
      2. Kata sebagai satuan gramatikal
        Menurut Lyons (1971) dan Dik (1976), secara gramatikal, kata bebas bergerak, dapat dipindah-pindahkan letaknya, tetapi identitasnya tetap. Kata memiliki keutuhan internal yang kuat sehingga tidak bisa disisipi kata atau bentuk apapun lainnya
      3. Kata sebagai satuan ortografis
        Secara ortografis, kata ditentukan oleh system aksara yang berlaku dalam bahasa itu. Jadi, sebuah kata dituliskan terpisah dari kata lainnya, misalnya terima kasih dan kerja sama dituliskan terpisah, bukan terimakasih dan kerjasama.
    2. Frasa: cirri dan klasifikasi
      Frasa terdiri atas frasa eksosentris dan frasa endosentris. Frasa eksosentris terdiri atas frasa eksosentris direktif dan nondirektif. Frasa endosentris terdiri atas frasa endosentris bersumbu satu dan bersumbu jamak. Frasa endosentris bersumbu satu dapat dibedakan menjadi frasa nominal, pronominal, verbal, adjectival, dan numeral. Yang bersumbu jamak terbagi menjadi frasa koordinatif dan apositif.
    3. Klausa: cirri dan klasifikasi
      Klausa dapat dibedakan berdasarkan distribusi satuannya dan berdasarkan fungsinya. Berdasarkan distribusi satuannya dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa terikat. Berdasarkan fungsinya, klausa dapat dibedakan menjadi klausa subjek, objek, keterangan, pemerlengkapan.
    4. Kalimat: cirri dan klasifikasi
      Jika dilihat dari fungsinyya, unsure-unsur kalimat berupa subjek, objek, pelengkap dan keterangan. Menurut bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal, kalimat tunggal dan perluasannya, serta kalimat majemuk. Kalimat majemuk dibedakan menjadi kalimat majemuk setara, majemuk bertingkat dan kalimat majemuk campuran.
  2. Hubungan Sintagmatis dan Paradigmatis
    1. Hubungan sintagmatis
      Hubungan sintagmatis adalah hubungan linier antara unsure bahasa yang satu dan unsure bahasa yang lain dalam tataran tertentu. Hubungan itu dapat diuji dengan permutasi atau perubahan urutan satuan unsure-unsur bahasa. Permutasi atas perubahan urutan kata di dalam kalimat dan pemenggalan kalimat harus mengikuti kaidah.
    2. Hubungan Paradigmatis
      Hubungan Paradigmatis berkaitan dengan hubungan unsure bahasa pada tingkat tertentu dengan unsure bahasa lainnya diluar tingkat itu, yang dapat dipertukarkan. Jadi, hubungan paradigmatic adalah hubungan sistematis antar unsure bahasa yang memiliki kesesuaian. Hubungan itu dapat diperoleh melalui substitusi atau penggantian.oleh karena itu hubungan paradigmatic berada dalam kategori yang sama untuk setiap tatara, seperti berikut ini:
      1. Tataran Fonemis
      2. Tataran Morfologis
      3. Tataran Sintaksis
  3. Kategori, Fungsi, dan Peran
    Unsure pembentuk kalimat tersebut dapat berupa kata, frasa atau klausa. Setiap unsure itu dapat dibeda-bedakan berdasarkan kategori, fungsi atau peranannya dalam kalimat. Beberapa jenis kategori yang dapat menjadi unsure kalimat adalah nomina, pronominal, verba, adjektiva, numeralia, adverbial, dan kata tugas.
    Berdasarkan fungsinya unsure-unsur kalimat ada yang disebut subjek, predikat, objek, pelengkap serta keterangan. Selain konsep kategori, fungsi dan peran dalam sintaksis sikenal juga konsep kategorigramatikal dan kategori semantic.
  4. Kegramatikalan, kebermaknaan, dan keberterimaan
    Kegramatikalan atau keapikan gramatikal adalah konsep yang mengacu pada satuan bahasa yang mengikuti kaidah tata bahasa yang meliputi beberapa tingkatan, yaitu menyangkut kegramatikalan bentuk kata, bentuk klausa, atau bentuk kalimat. Kebrmaknaan meliputi kebermaknaan kata, frasa dan kalimat. Keberterimaan berkaitan dengan system bahasa yang tepat atau keapikan semantic, sedangkan ketaberterimaan berkaitan dengan system bahasa yang tidak tepat atau kerantakan semantic.
  5. Tafsir ganda
    Suatu ungkapan atau pernyataan kadang-kadang bisa ditafsirkan menjadi dua makna, bahkan bermacam-macam makna karena penyusunan ungkapan atau pernyataan tersebut kurang tertib.
  6. Parafrasa
    Parafrasa berarti pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi yang lain dengan tidak mengubah arti. Ada juga yang beranggapan penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.
  7. Permutasi
    Permutasi adalah perubahan deretan atau urutan unssur-unsur kalimat. Misalnya, kalimat Pada Hari Senin minggu depan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal akan mengumumkan jumlah desa tertinggal di Indonesia dapat dipermutasi menjadi Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal akan mengumumkan jumlah desa tertinggal di Indonesia pada hari senin minggu depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...